Thursday, November 22, 2007 

Panti Jompo

Hari ini Ade field trip dari sekolahnya ke Panti Asuhan kayanya sih berkaitan sama pelajaran PPKN tentang kasih sayang deh.
Siang-siang perjalanan Ade pulang ke rumah aku telpon dia :

Aku : De, gimana seru ngga tadi ke Panti Asuhannya ?
Ade : Panas banget Mah, aku sampe kegerahan.

Aku : Naik apa tadi ke Panti Asuhannya ?
Ade : Naik mobilnya Mira. Tadi aku disuguhin teh kotak di mobilnya Mira.
Mah, nanti kalo mama udah nenek-nenek nanti aku masukin ke panti jompo.
Hi…Hi…Hi cekikikan ...

Aku : Speechless sesaat …. Selanjutnya ketawa guling-guling
Ade, kok gitu masa mamanya mo dimasukin ke panti jompo ?
Ade : ketawa-ketawa …..

Selama ini kalo Ade nakal aku suka ngomong ade kalo nakal mama kirim ke panti asuhan, malahan waktu sebelum mo field trip ke panti asuhan ini juga, aku wanti-wanti. Ade jangan nakal, kalo nakal sama bu Siti nanti ditinggalin loh di panti asuhan.

Dan ternyata dia sama ibu gurunya baru diceritain tentang panti Jompo, mungkin dia langsung timbul ide ternyata ada juga nih panti untuk nyimpen orang tua. Wah emang kalo ngomong sama Ade harus bener-bener hati-hati.

Aduh gimana ya kalo nanti sama Ade beneran dikirim ke Panti Jompo... Jangan ya De..

Friday, November 02, 2007 

MIMI SUSU

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket Dari hari minggu di rumah kita ada tamu istimewa, mba Dede sama anaknya yang baru 7 bulan ade Cindy namanya. Mba Dede ini pengasuhnya Ade dari Ade umur 1 tahun sampe 5 tahun. Dia terpaksa harus ninggalin ade setelah hamil 5 bulan dan terus melahirkan.
Ade tuh deket banget sama mbanya ini, sampe dulu tuh sering kita ledekin ade tuh anaknya mba dede. Setelah melahirkan mba dede ini tinggal di kampung suaminya di Malang, kemaren ini dia bertamu ke rumah kita selama 5 hari.

Ade awalnya masih malu-malu gitu, mungkin karena udah lama ga ketemu. Ade kan ga pernah ngeliat kehidupan seorang bayi, secara kita emang ga punya saudara deket yang punya bayi. Jadi dia kaya takjub gitu lah ngeliat ada bayi di deket dia. Udah gitu suka keluar pertanyaan yang aneh-aneh dari Ade.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Aku lagi tidur-tiduran berdua ade di kamar tiba-tiba dia ngomong gini :

Ade : “Mah, kok ade cindy ga minum susu”
Aku : “Minum, ade cindy minum susunya kan nenen dari mba Dede”
Ade : “Kok nenennya ga dari laki-laki”
Aku : Nahan ketawa .... “kalo laki-laki kan ga ada nenennya”
Ade : ”Ada dong, nih kan aku juga ada”
Aku : ”kalo nenen laki-laki ga keluar air susunya, kalo perempuan ada air susunya”
Ade : ”Emang iya ?, kaya gimana sih coba aku mau nyobain”

Wadu .....hh emaknya langsung pingsan .....

 

KE-PARNO-AN ku

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Jujur aja kadang-kadang aku terlalu over protective sama kaka & ade. Yang memang sering banget nerima protes dari kaka. Contohnya aja kalo dia EF, aku selalu wanti-wanti "awas kak, langsung naik ya, jangan main2 di bawah dulu" "kalo mama belum jemput tunggu aja di EF jangan turun dulu" dan itu hampir setiap les pasti aku telpon aku wanti2.

Pernah kaka minta ijin ke Gading sama temen2nya, "aku bilang ga usah lah kak nanti ada yang nyulik" si kaka ngejawabnya "ya ampun Ma, kalo diculik itu namanya udah takdir dari Allah". Emang kadang2 kaka lebih bijaksana dari mamanya....

Aku dapat kiriman artikel bagus dari Mba Dian. Ini bikin aku sadar kalo aku ga boleh terlalu parno, supaya kaka & ade bisa jadi anak yang tangguh.

Sekolah Hidup Susah

Untuk menjadi kaya, semua orang bisa instan melakoni. Namun, tidak
siapa saja siap menjadi orang susah.

Orang miskin baru kian banyak. Penganggur baru menambah bengkak angka
kemiskinan. Bisa jadi, itu sebabnya, selain angka bunuh diri tinggi,
tiga dari sepuluh orang Indonesia tercatat terganggu jiwanya.

Tidak siap hidup susah berisiko sakit jiwa. Ada cara sederhana
menekan risiko sakit jiwa. Sejak kecil anak dibuat tahan banting.
Ketahanan jiwa anak harus dibangun. Untuk itu, jiwa
butuh "imunisasi".

Menerima kenyataan

Sejak kecil anak diajar lebih membumi. Yang gagal kaya rela menerima
kenyataan. Yang belum pernah hidup susah diajar prihatin sedari
kecil. Kendati kecukupan, tidak semua yang anak minta perlu diberi.
Anak dilatih merasakan kegagalan.

Tugas orangtua dan guru mengajak anak berempati pada kesusahan orang
lain. Hidup tak luput dari berbagai stresor. Tak semua stresor jelek.
Supaya jiwa tahan banting, stresor dibutuhkan. Anak perlu mengalami
seperti apa tekanan hidup, konflik, kegagalan, rasa kecewa, dan
krisis dalam hidup. Seperti vaksin, biasakan anak memikul aneka
stresor yang bikin jiwanya kebal seandainya kelak hidupnya susah.

Tanpa dilatih hidup susah, anak yang terbiasa hidup berkecukupan tak
tahan banting. Lebih banyak orang sukses lahir bukan dari keluarga
kecukupan. Hidup prihatin membuat jiwa tegar bertahan melawan
kesusahan. Hidup susah membangun mimpi ingin lepas dari rasa kapok
menjadi orang susah. Demi mengubah mimpi jadi kenyataan, spirit kerja
keras pun dipecut.

Einstein percaya, untuk sukses diperlukan lima persen otak,
selebihnya keringat (perspirasi). Spirit kerja keras menjadi milik
orang yang tak pernah puas pada prestasi yang diraih. Seperti bangsa
Troya dulu, pembangunan Jepang dan Korea lebih pesat ketimbang bangsa
sepantar karena memiliki "virus" n-Ach (need-for-Achievement) yang
tinggi.

"Virus" n-Ach bisa ditularkan kepada anak lewat asuhan dan
pendidikan. Bacaan memuat nilai kehidupan, termasuk mendongeng,
pendidikan berdisiplin, dan keteladanan orang lebih tua. Itu modul-
modul kehidupan agar anak tahu juga hidup susah.

Jiwa getas

Kebiasaan meloloh anak dengan kelimpahruahan tidak melatih anak
merasakan gagal, kecewa, rasa ditekan, rasa konflik, atau rasa
krisis. Tanpa tempaan stresor, jiwa getas. Jika jiwa getas, orang
rentan stres. Bila tak terlatih hidup berdamai dengan stres, hidup
berisiko gagal andai harus jatuh miskin.

Tak ada sekolah yang mengajarkan menjadi orang miskin. Tak pula ada
kursus memampukan anak terbiasa hidup berdamai dengan stres. Yang
bisa kita lakukan adalah mengasuh dan mendidik anak tahan banting.
Mandat itu harus ada di pundak setiap orangtua.

Tidak semua anak kecukupan pernah mengalami stresor. Dalam pendidikan
modern, anak sengaja dihadapkan pada stresor buatan. Ada pelatihan
diam-diam, dalam suasana berkemah atau outbound diciptakan situasi
krisis. Mobil sengaja dibuat mogok di tengah hutan pada malam hari,
atau kehabisan makanan selagi camping.

Dihadang stresor buatan, anak dilatih bagaimana bereaksi,
beradaptasi, agar mampu lolos dari rasa panik, rasa takut, rasa tidak
enak berada dalam situasi darurat. Ini bagian dari upaya membuat
kebal jiwa anak. Bila jiwa tak tahan banting, sontekan stres kecil
mungkin diatasi dengan bunuh diri. Kini semakin banyak kasus bunuh
diri hanya karena alasan enteng. Gara-gara ditinggal pacar, tidak
naik kelas, sebab jiwa tak terlatih memikulnya. Maka jiwa perlu
digembleng.

Kerja keras

Menggembleng berarti menunjukkan rasa arah hidup prihatin, selain
berdisiplin. Hidup berdisiplin berarti menjunjung tinggi kebenaran,
memikul tanggung jawab, kerja keras, serta mampu menunda kepuasan.

Menunda kepuasan bentuk keunggulan sebuah bangsa. Bangsa unggul
memiliki "virus" n-Ach tinggi. Anak yang diasuh dan dididik dengan
nilai-nilai "virus" n-Ach, menyimpan bekal sukses. Itu kelihatan,
misalnya, dari cara makan. Anak dengan n-Ach tinggi menyisihkan yang
enak dimakan belakangan, yang tidak enak dimakan dulu. Tugas berat
dikerjakan dulu, yang enteng belakangan. Bersakit-sakit dulu
bersenang-senang kemudian menjadi kredo bangsa yang sukses.

Agar tahu hidup susah, anak diajak memahami bahasa hidup bukan uang
semata. Tak semua semerbak kehidupan bisa dipetik dengan uang.
Kebahagiaan tertinggi hanya terpetik setelah orang mampu merasa
bersyukur meski cuma menjadi orang biasa (mengutip Gede Prama).

Sukses hidup sejati tak mungkin terpetik instan. Jiwa potong kompas,
ingin lekas kaya, tumbuh dari budaya instan. Bukan rasa arah yang
benar saja yang perlu ditanamkan saat membesarkan anak, tetapi harus
benar pula menempuhnya di mata Tuhan.

Anak disiapkan menjadi insan linuwih (terinternalisasi penuh
superegonya) dengan cara mengempiskan egonya sekecil mungkin.
Rekayasa sosial (social engineering) diperlukan dengan
menyuntikkan "vaksin" hidup prihatin. Perlu pula penyubur superego
agar kendati hidup susah masih merasa bahagia.

Hanya bila bibit linuwih dipupuk sejak kecil, sekiranya hidup susah
tak tergoda memilih serong. Kendati tak banyak harta, uang, atau
kuasa, ke arah mana pun hidup memandang, merasa tetap "kaya". Mampu
legawa, bersyukur, dan merasa berbahagia sudah pula meraih Oscar
kehidupan, kendati mungkin hanya menjadi orang biasa.

Sumber: Sekolah Hidup Susah oleh Handrawan Nadesul, Dokter, Penulis
Buku, Pengasuh Rubrik Kesehatan

About me

  • I'm mama revinodelvin
  • From jakarta, Indonesia
My profile

Links

    Name :
    Web URL :
    Message :
    :) :( :D :p :(( :)) :x
  • Blogger Templates
  • Edit me!
  • Edit me!
Powered by Blogger
and Blogger Templates
babies baby development